Teknik Negosiasi Managemen Building Untuk Akses Telekomunikasi Onno W. Purbo Pada hari ini, hubungan komunikasi menjadi sangat strategis dimanapun kita berkantor. Sambungan Internet kecepatan tinggi 24 jam online sudah menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan. Kantor yang beranak cabang di banyak kota, hubungan komunikasi data maupun suara ke antar anak cabang menjadi sangat strategis untuk melakukan operasi sehari-hari yang lebih effektif. Tentunya integrasi ke layanan komunikasi mobile khususnya closed user group untuk corporate akan sangat dibutuhkan untuk memudahkan berkomunikasi antar pekerja kantor yang mobile. Akan sangat menarik jika semua layanan ini dapat diperoleh secara terbundel dalam sebuah layanan lengkap dari operator telekomunikasi di Indonesia. Karena dengan traffic yang cukup besar dari sebuah kantor sebetulnya kita dapat dengan mudah melakukan negosiasi untuk memperoleh harga jasa telekomunikasi yang lebih murah. Tentunya akan lebih menarik lagi jika pihak manajemen building dapat melakukan negosiasi pada operator telekomunikasi agar memperoleh layanan terpadu dengan harga glondongan ke operator telekomunikasi karena jelas traffic yang di ambil oleh sebuah bangunan dengan banyak kantor akan sangat besar dan sangat menguntungkan bagi sebuah operator telekomunikasi. Beberapa layanan yang normal yang biasa di negosiasikan, misalnya, permohonan saluran sambungan telepon, akses Internet broadband, akses Internet WiFi, instalasi base station selular, bahkan hingga yang lebih ekstrim seperti alokasi nomor telepon untuk sentral telepon gedung, dan akses Internet Telepon (VoIP). Permohonan sambungan telepon dapat di negosiasi agar dapat memperoleh sekumpulan sambungan telepon sekaligus tidak memohon satu per satu. Biasaanya pemesanan sambungan dapat berupa kelipatan 30 sambungan telepon sekaligus. Jika ada kantor yang berfungsi sebagai call center, kemungkinan kita akan membutuhkan ratusan bahkan ribuan sambungan sekaligus. Akses Internet broadband kecepatan tinggi biasanya diberikan kepada masing-masinmg kantor penyewa dengan biaya flat rate setiap bulan. Sedang akses Internet WiFi dapat diberikan bagi para pengunjung atau tamu gedung yang tidak tetap. Pola bisnis-nya pengunjung dapat membeli voucher akses Internet tersebut atau dapat merupakan kerjasama dengan para tenant gedung untuk memberikan akses gratis bagi para tamu gedung dengan bandwidth yang dibatasi. Pada sisi ekstrim, jika peralatan / infrastruktur penyelenggara gedung cukup siap maka penyelenggara gedung dapat menegosiasi agar memperoleh alokasi nomor telepon sendiri untuk gedung dia kelola. Bahkan pada sisi yang sangat ekstrim penyelenggara gedung dapat menjadi penyelenggara telekomunikasi kecil dengan kemampuan Internet telepon sehingga dapat menekan biaya SLI dan SLJJ bagi penyewa gedung tersebut. Pertanyaan standard & klasik yang sering muncul adalah, apa saja yang perlu di persiapkan oleh penyelenggara gedung agar ini semua dapat terealisasi? Tentunya bagi mereka yang tidak terlalu menguasai teknologi akan lebih di sarankan untuk mensub-kontrakan pengelolaan ini kepada usaha lain atau bahkan mungkin di bantu oleh sang operator telekomunikasi. Bagi mereka yang mempunyai sedikit kemampuan teknologi informasi, sebetulnya tidak banyak yang perlu kita lakukan untuk menyelenggarakan ini semua. Sebetulnya yang kita lakukan adalah membuat sebuah Internet Service Provider (ISP) dan Telkom kecil dalam sebuah gedung. Untuk ISP kita perlu membangun router & firewall, authentication server, proxy server selain menggelar kabel ke semua penyewa gedung. Melalui kabel-kabel ini akses Internet broadband maupun Internet WiFi di gelar di sebuah gedung. Pada hari ini sebagian besar peralatan ISP dapat dibangun secara mudah dan murah menggunakan sistem operasi Linux yang relatif gratis. Bagian yang agak seru adalah membuat telkom kecil di sebuah gedung, kita akan dihadapkan pada pilihan untuk memberikan servis telkom berbasis Internet (IP) atau servis telkom berbasis analog seperti telkom hari ini. Untuk telkom berbasis IP sebetulnya dapat di jalankan di atas jaringan Internet broadband yang ada, dengan sentral telepon gratis seperti Asterisk (www.asterisk.org). Protokol komunikasi yang digunakan sebaiknya menggunakan Session Initiation Protocol (SIP) agar kompatibel dengan infrastruktur Internet Telepon yang sudah mendunia hari ini. Bahkan dengan SIP kita dapat memperoleh alokasi nomor telepon dari Washington DC (dari www.ipkall.com) dan Inggris (dari www.gossiptel.com). Pada saat ini beberapa operator telekomunikasi di Indonesia sedang menyiapkan sentral teleponnya agar dapat berbicara menggunakan SIP dan dapat berbicara langsung dengan sentral telepon yang di operasikan di gedung perkantoran ini. Bagi mereka yang menginginkan menggunakan telepon berbasis analog, kita dapat menggunakan metoda lama dengan menggunakan PABX yang besar. Interface antara jaringan telepon berbasis IP dengan telepon berbasis analog dapat dilakukan menggunakan peralatan-peralatan Internet Telephony Gateway. Pada skala corporate biasanya kita menggunakan peralatan dari Cisco atau Linksys. Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan masukan bagi sebuah managemen building untuk mulai melakukan negosiasi dengan para operator telekomunikasi bagi kepentingan para pelanggannya.