From: Mohammad Syarwani To: Subject: [dikmenjur] Kampungku Tinggal Diklik Date: Wednesday, October 04, 2000 10:32 PM Kampungku Tinggal Diklik Bermunculan situs tentang kota dan provinsi Jonminofri, R. Cipto Wahyana, Ariyanto W., Bagus M., Yus Santos Pemda ramai-ramai masuk dotcom. Mereka mengharapkan penghasilan dari iklan. Sayangnya, cuma sedikit yang situsnya bagus sehingga digemari netter. Swasta pun banyak yang tertarik menggarap dotcom pemda. Eh, ada yang sudah menghasilkan untung, lo. Rindu kampung halaman? Enggak masalah. Masuk saja ke internet lantas klik situs kampung halaman sendiri. Di situ ada foto dan informasi terbaru perihal kota kelahiran. Syukur-syukur bila ada foto rumah mertua atau foto dan informasi daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Mau melihat tetangga sebelah rumah juga bisa. Bahkan, daftar nama warga kampung boleh dilirik pula. Jadi, kerinduan pada kampung bisa sedikit terobati. Nah, itu isi situs kampung halaman yang ideal, yang bisa melepas rasa rindu kepada kampung halaman. Sayangnya, situs kota dan provinsi yang ramai di internet ternyata jauh dari gambaran di atas. Bahkan, data angka, yang mestinya mudah didapat, cuma sedikit yang tersedia, itupun data usang. Padahal, yang namanya internet memungkinkan pengelolanya menyajikan data yang terbaru. Informasi yang amat telat itu, misalnya,terlihat di data penduduk pada situs Pemda Tingkat II Kabupaten Lamongan (www.lamongan.go.id). Bayangkan pada Juni 2000, situs itu masih menyajikan data tahun 1996. Terlepas dari soal usangnya informasi, yang jelas, sekarang ini sudah 11 kota mejeng di internet. Tidak semuanya jelek. Desain situs Joglosemar Online (www.joglosemar.co.id),misalnya, agak sedikit keren. Berbeda dengan 10 situs lainnya. Isinya pun lumayan. Ada informasi kebudayaan, bisnis, transportasi, hotel, dan sebagainya. Pokoknya lengkaplah kalau mau tahu tentang ABC-nya Joglosemar (Yogyakarta, Solo, Semarang). Cuma pilihan nama itu terasa dipaksakan. Siapa pula orang asing yang mudah ingat akronim Joglosemar, karena situs ini berbahasa Inggris. Sayangnya, pengunjung situs ini masih sangat sedikit. Situs kota Samarinda (www.samarinda.go.id) mungkin bisa dijadikan contoh. Situs tersebut baru diklik 7.597 kali ketika KONTAN berkunjung ke sana. Padahal, alamat ini sudah ada sejak 1998. Bagitu juga Malang Online (www.malangonline.com) jumlah klikannya 6.742 sejak Desember 1999. Rendahnya jumlah kunjungan ini mencerminkan bahwa situs pemda alias pemerintah daerah tidak menarik bagi netter di seluruh dunia (maklum, yang namanya internet bisa diklik dari sudut dunia mana pun). Bisa dimaklumi bila cuma sedikit tamu yang datang. Sebab, maaf, desain situs kampung halaman ini kalah menarik ketimbang situs komersial. Terlalu banyak teks dan informasi yang disampaikan. Dengan kata lain, belum ada situs pemda yang memberikan informasi lengkap perihal daerahnya. Lihat saja, masak belum ada informasi apa pun di halaman Kotamadya Jakarta Selatan, Timur, Utara, dan Pusat pada www.dki.go.id. Jadi, situs kampung halaman ini masih jauh dari sebutan portal yang padat dengan gerbang informasi ke tempat lain. Kendati begitu, terlihat ada usaha dari pengelola situs untuk menjadi menjadi lebih baik,dan sebagian mengharapkan laba bagi pemdanya. Caranya dengan mengajak pemasang iklan majang di situs. Pemda Dati II Wonogiri, misalnya, saat ini tengah merancang SK tentang biaya pemasangan iklan di www.wono giri.go.id. "Akan turun Juli nanti," kata Sri Hartono dari Kantor Pengolahan Data Elektronika Wonogiri. Keseriusan Pemda Wonogiri mengajak pemasang iklan karena ia berani mengeluarkan duit Rp 35 juta dari APBD 99/00 untuk membangun situs ini. Bukan Pemda Wonogiri saja yang menginginkan dapat duit dari dotcom kampung halaman ini. Beberapa perusahaan swasta juga ikut membangun situs kampung halaman dengan nama sebuah kota. Harapannya, tentu saja duit dari iklan. "Tahun ini kami menargetkan dapat Rp 1 miliar," kata Mansyur dari Surabayanet. Perkiraan yang sangat optimistis, memang. Usaha pengelola www.surabaya net.com untuk mendapat duit memang kelihatan. Informasi tentang Surabaya yang mereka sajikan tergolong lengkap,sampai ada informasi rute bemo segala. Untuk berita tentang Surabaya ada 20 wartawan yang di Surabayanet. Swasta lain yang mengejar duit iklan situs pemda adalah pengelola MOL (Malang Online). Dengan modal cuma Rp 7 juta, sekarang MOL sudah dapat duit Rp 10 juta dari Sampoerna A Mild untuk pemasangan iklan setahun. "Sekarang biaya setiap bulan sudah tertutup," kata Andi Antono, Manager Marketing MOL. Ia bisa begitu karena situs www.malangonline.com dibangun dengan biaya jauh lebih murah ketimbang homepage Wonogiri tadi. Biaya webhosting cuma Rp 20.000 per bulan. Biaya operasional Rp 500.000 per bulan. Jika ada sumbangan berita, penulisnya dibayar Rp 10.000 per judul. Jadi, murah banget. Yang paling beruntung mengelola situs model pemda ini mungkin baru Hanny Franky, pemilik www.traveljakarta.com. Tadinya Pemda DKI menawari kerja sama dalam menggarap situs ini, tapi Hanny menolak. Sekarang penghasilan Hanny lumayan. saban bulan ada duit Rp 6 juta yang masuk kantung dari komisi turis yang mem-booking hotel via situsnya. Padahal, pengeluarannya sebulan cuma Rp 2 juta. Sumber : Kontan -------------------------- eGroups Sponsor -------------------------~-~> Restaurants, Movies, Weather, Traffic & More! Call 1-800-555-TELL. For more info visit: http://click.egroups.com/1/9533/6/_/154393/_/970673517/ ---------------------------------------------------------------------_-> Subscribe/mendaftar : dikmenjur-subscribe@egroups.com Unsubscribe/keluar : dikmenjur-unsubscribe@egroups.com Arsip pesan: http://www.egroups.com/message/dikmenjur Homepage Dikmenjur : http://www.dikmenjur.freehosting.net