From: Mohammad Syarwani To: Subject: [dikmenjur] Untung rugi ikut milis ! Date: Friday, September 22, 2000 9:31 PM -------------------------- eGroups Sponsor -------------------------~-~> Get a NextCard Visa with rates as low as 2.99% Intro APR! 1. Fill in the brief application 2. Get approval decisions in 30 seconds! http://click.egroups.com/1/9334/6/_/154393/_/969623493/ ---------------------------------------------------------------------_-> Kirim Satu untuk Semua Untung rugi ikut milis Hendrika Y., Cipto Wahyono, Ariyanto Widhinugroho, Reko Handoyo Selain mendiskusikan topik tertentu, peserta mailing-list (milis) dapat membentuk komunitas sendiri. Ini modal untuk membuat situs promosi dan menambah wawasan. Tapi, jangan sampai bangkrut hanya gara-gara tidak selektif ikut milis. Menjelajah dunia internet alias maya memang banyak gunanya. Di dalamnya kita bisa mencari tahu tentang apa saja. Apalagi bagi mereka yang suka berdiskusi atau menambah pengetahuan. Salah satu caranya adalah bergabung dalam mailing-list atau milis. Vivian Neou, pakar internet yang menulis buku soal milis, mengatakan bahwa milis adalah orang-orang yang mendaftar untuk mendapat e-mail dengan topik tertentu. Soal mobil Cadillac, berkebun, atau ingin tahu perkembangan terakhir situasi Aceh. Topik-topik tersebut tersedia di milis. Belakangan, milis bukan cuma dibuat berdasarkan topik, tapi juga komunitas. Misalnya alumni universitas atau keluarga yang tercerai-berai di seluruh dunia. Mengirim kabar melalui milis begini bisa menghemat waktu dan uang. Bayangkan, berapa banyak waktu dan biaya yang harus dikeluarkan bila kita harus mengirim undangan reuni kepada 350 alumni yang tersebar di berbagai pelosok dunia. Kalau tidak tergabung dalam milis, si pengirim harus menulis e-mail yang ditujukan kepada 349 orang. Kalau dengan milis, cukup satu e-mail untuk semua. Peserta milis ini bisa cuma lima orang saja, tapi juga mencapai puluhan ribu. Milis The Celebrity Cafe, umpamanya. Milis yang isinya wawancara dengan para selebriti dunia ini --mulai dari Milla Jovovich sampai David Coperfield-- mampu mengikat puluhan ribu peserta. Di Indonesia saat ini ada sekitar 150 milis. Milis lokal yang cukup banyak penggemar adalah milik Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang dikelola sejak 1997. Alamatnya ylki-l@indoglo bal.com. Menurut Prawito Soemardi,pengurus milis YLKI, milisnya mempunyai 632 anggota. Topik yang dibahas beragam,tapi umumnya membahas produk dari sisi konsumen. Dalam sehari ada sekitar 50-70 e-mail yang masuk. "Tidak semuanya dari anggota," kata Prawito. Milis lokal lain yang cukup diminati adalah milis radio M97 FM. Asalnya memang dari komunitas pendengar. Pada awal-awal diluncurkan, milis ini hanya menjadi sarana tukar-menukar info CD dan buku klasik rock yang terbaru. Lama-lama dia berkembang menjadi tempat mengobrol antarpendengar. "Bahkan, ada acara nonton film klasik rock segala," kata Ella Su'ud, administrator milis M97. Saking akrabnya, para peserta milis ini merelakan rumahnya dijadikan lokasi memutar film tadi. Konsekuensinya, tentu saja, harus rela rumahnya diinjak-injak puluhan anggota yang hadir. Soalnya, menurut hitungan Ella, milis m_claro@egroups.com ini punya sekitar 290 anggota. Dalam sehari dia bisa menerima 200 e-mail. Jangan sampai bikin kantong bolong Sebagai pakar internet, Onno Purbo cs. juga membuat milis untuk menampung pertanyaan seputar warung internet. Daripada susah-susah bikin situs, menurut Onno,lebih enak membuat milis saja. Milis Onno dan rekan-rekannya di ITB tersebut adalah asosiasi-war net@egroups.com. Membuat milis itu ternyata gampang. "Yang susah membuat milisnya tetap hidup," katanya. Tapi Onno mengingatkan untuk selektif men-subscribe (mendaftar). Soalnya, susah juga kalau sampai kebanjiran e-mail. Bayangkan saja jika waktu surfing Anda habis cuma untuk mengambil 200 e-mail dari milis karena terdaftar sebagai peserta. "Pilih saja yang sesuai minat kita," saran Onno. Sebagai pendaftar milis, Anda juga mesti melihat apakah penyedia jasa milis itu gratisan atau tidak. Jika gratis biasanya ada konsekuensi untuk mendapatkan iklan di dalam setiap e-mail yang diakses, berupa banner misalnya. Padahal gambar iklan seperti ini butuh waktu mengakses yang lebih lama. Bisa-bisa selama 30 detik Anda cuma bisa mengambil satu e-mail. Artinya, jika nilai ongkos mengakses internet selama satu menit adalah Rp 150, untuk satu e-mail Anda terpaksa merogoh kocek Rp 75. Mereka yang mem-posting e-mail juga tak selamanya serius. Adakalanya seseorang mendaftar dalam milis cuma untuk menawarkan produk yang dijualnya. Anggota milis memang harus siap mendapat e-mail sampah (junk mail) seperti ini. Tapi, penyedia jasa milis tak semuanya gratisan. Contohnya Bitnet. Ia mematok ongkos Rp 575.000 hingga Rp 3,9 juta per bulan, dihitung dari banyaknya pelanggan. Penyedia jasa dari luar pun banyak yang menarik ongkos. North Star Technical Services, misalnya, akan menagih US$ 10 per bulan atau US$ 100 setahun untuk fasilitas milisnya. Atau SpakNET's Majordomo List Hosting Service yang mematok US$ 8 per bulan untuk milis nonkomersial dan mencapai US$ 1000 untuk yang berbau bisnis. Maklum saja, milis ini bisa digunakan untuk memasarkan produk. Sumber : Kontan Subscribe/mendaftar : dikmenjur-subscribe@egroups.com Unsubscribe/keluar : dikmenjur-unsubscribe@egroups.com Arsip pesan: http://www.egroups.com/message/dikmenjur Homepage Dikmenjur : http://www.dikmenjur.freehosting.net