Konsep Mobile Internet Corner Warnet di Dalam VW Combie 1977 BERITA | FREE E-MAIL | KOMUNITAS | CHAT | DIREKTORI Index | Politik & Peristiwa | Ekbis | i-Net | Olah Raga | Hiburan | Kolom | Suara Pembaca | Foto | Perempuan | Astrologi | Horoskop | Cyberlife | Buku | Wisata | Selebriti | Musik | Agenda | Karir | Cuaca Piala Eropa | Bintang Indonesia | Libero | Adil | Dotcom | Perspektif Wimar | Rhenald Kasali | Kolom Amien Rais Senin, 29/05/2000i-net Politik & Peristiwa 29/5/2000 15:57 WIB ICW Temukan Bukti Suap dalam Pemilihan Gubernur Kalteng 29/5/2000 15:49 WIB Anggota DPR: Perwira TNI Terlibat penyeludupan BBM 29/5/2000 15:07 WIB HIPKI Bantah Bocorkan Ebtanas 29/5/2000 14:51 WIB Kasus Jilbab Muncul Lagi di Solo Murid SLTA Demo Soal Foto Ijazah 29/5/2000 14:48 WIB Karo Humas Pemda Medan: Ada Yang Ingin Ambonkan Medan Konsep Mobile Internet Corner Warnet di Dalam VW Combie 1977 Reporter: & Fotografer: Donny B.U. detikcom - Bandung, Apa yang ada dipikiran kita apabila mendengar kata warung internet (warnet)? Segera yang ada dibayangan kita adalah sekumpulan beberapa buah komputer yang diletakkan di sebuah ruangan yang tetap dan terkoneksi dengan akses Internet melalui dial-up atau leased line. Stereotipe seperti itu tampaknya hendak dikikis oleh Warnet Pointer dengan meluncurkan PoInter Mobile, sebuah warnet di sebuah VW Combi. Mulanya adalah ide kreatif dari Zilmy Zamfarra (General Manager PoInter) dibantu dengan Adri Irwan (Technical Manager PoInter) untuk dapat menghadirkan dan mensosialisasikan Internet ke masyarakat umum. Ketika Minggu (28/5/2000) pagi hari detikcom sengaja mengunjungi lapangan Gazeeboo di Bandung untuk berbincang-bincang dengan kedua orang tersebut, tampak di salah satu sisi jalan sebuah combi warna kuning terang yang disamping kiri-kanan badan mobil tertulis 'PoInter Mobile - PoInter Pojok Internet'. Combie yang juga 'mobile internet corner'. Pariwara sebuah minuman kemasan botol terpampang di bagian atas mobil, sedangkan merek sebuah perusahaan penyedia layanan GSM dapat disaksikan di bagian belakang. Tampak beberapa buah komputer yang sedang online Internet berada di combi tersebut, yang diparkirkan di antara mobil-mobil lain dan sejajar dengan dagangan-dagangan lain disekitarnya, seperti aneka makanan, kebutuhan rumah tangga hingga mainan anak-anak. "Kita sengaja mendowngrade Internet, supaya masyarakat umum itu dapat mengerti apa itu Internet. Kita buat bagaimana caranya Internet tersebut menjadi sejajar dengan barang dagangan lain disekitar mereka", ujar Zilmy seraya menunjuk beberapa dagangan yang meramaikan lapangan Gazeeboo, baik yang diletakkan di aspal beralaskan terpal maupun di mobil. "Tidak sepantasnya Internet menjadi komoditi yang mewah dan tidak terjangkau serta hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang. Internet harus merupakan suatu sarana bagi setiap individu untuk dapat meningkatkan taraf intelektualnya dalam kondisi apapun," tambah Adri Warnet-combie pertama di Indonesia tersebut yang mengenakan tarif sebesar Rp 4000 per jam tersebut mulai dibangun pada medio Agustus 1999 dan baru diluncurkan pada medio Maret 2000 tersebut menggunakan VW Combie double sliding doors produksi 1975 yang telah dimodifikasi. Berapa investasinya? "Hampir sama dengan membangun sebuah warnet biasa", ujar Zilmy. "Kira-kira semuanya termasuk pengadaan mobil, renovasi, perlengkapan komputer hingga perangkat keras Internetnya menghabiskan dana sekitar 70 hingga 80 juta rupiah", papar Adri menambahkan. Akses Internet warnet-combie tersebut menggunakan teknologi radio Point to Multipoint connection dengan menggunakan Wave LAN, bekerja pada frekwensi 2,4 GHz tersambung pada ISP RadNet Bandung dengan total bandwith sebesar 128 KBps yang dibagi dengan 6 dari 12 warnet biasa lainnya milik Pointer yang sudah menggunakan teknologi Wave LAN. Selain itu, warnet-combie tersebut dilengkapi dengan 1 buah server merangkap router dengan sistem operasi UNIX Free BSD untuk melayani 6 unit workstation. Pasokan listrik disuplai dengan menggunakan genset dengan daya 2200 watt. Warnet-combie tersebut biasa mangkal di kawasan lapangan Gazeeboo di pagi hari (08.00 s/d 10.00 wib) dengan melirik segmen masyarakat umum, sedangkan pada sore/malam hari (16.00 s/d 21.00 wib) akan beredar di daerah Dago untuk menangkap segmen pelajar dan mahasiswa. Bagaimana animo masyarakat dengan kehadiran warnet-combie tersebut? "Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti apa itu Internet. Bahkan yang sudah mengerti pun masih bertanya-tanya kepada kami, apakah benar bisa ber-Internet di mobil", ujar Adri. "Untuk itulah kita harus dapat membangkitkan pemahaman Internet kepada seluruh kalangan masyarakat, sekaligus untuk mensosialisasikan konsep baru sebuah warnet", tambah Zilmy yang sedang berancang-ancang untuk menggadeng Radio OZ-fm dan Radio Ardan Bandung untuk menjalankan konsep tersebut. Konsep yang unik tersebut tampaknya telah dilirik oleh beberapa perusahaan yang telah memasang pariwara di badan mobil tersebut. Bahkan salah satu ISP terkenal di Bandung juga akan memasang pariwaranya di pintu depan (kiri dan kanan) combie tersebut. Beberapa pengguna warnet-combie tersebut menyatakan kepada detikcom bahwa kecepatan akses warnet-combie tersebut tidak mengecewakan. "Ini saya pakai buat brosing, telnet dan chating, cepat juga kok (aksesnya)", ujar salah satu pengunjung tersebut. Adanya warnet-combie tersebut makin menguatkan bukti bahwa teknologi Internet dapat diaplikasikan dengan berbagai cara untuk memudahkan orang lain memahami teknologi Internet itu sendiri. Copyright © 1998 - 1999 detikcom Digital Life. Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang. Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari detikcom Digital Life. Situs web ini dikelola dan dikembangkan oleh Agrakom | Beranda | Redaksi | Kotak Pos | Info Iklan |